Kita sebagai manusia sangat diperbolehkan sekali untuk memiliki keinginan, rencana, cita-cita dan harapan. Akan tetapi jangan lupa dengan Sang Maha Pemilik segalanya. DIA yang lebih mengetahui yang terbaik untuk Hamba-Nya. Sebaik apapun rencana yang kita miliki akan lebih baik Rencana Yang Allah siapkan untuk kita. Ketika segalanya kita pasrahkan kepada Allah, semuanya akan terasa lebih indah.Yang perlu kita lakukan hanyalah berusaha, berdo'a, bersabar dan ikhlas menjalani semuanya. Aku sempat berada di titik bawah. Merasakan ketidak adilan, merasa kecewa, galau, gundah, resah, semuanya bercampur menjadi satu. Yang aku lakukan hanyalah menangis dan menyalahkan diri sendiri juga menyalahkan 'seseorang' yang aku anggap dia berhasil menyakiti hatiku, membuatku sedih dan menangis. Akan tetapi apa yang aku lakukan bukannya menyelesaikan masalah, Aku justru terus saja bersu'udzon. Membuat hatiku semakin rusak. Sampai akhirnya, setelah beberapa bulan kemudian, aku baru merasakan nikmatnya beribadah kepada Allah. Dekat dengan-Nya, mencurahkan isi hati seluruhnya kepada Sang Maha Pemilik hati. AKu mulai menyadari semuanya. apa yang aku lakukan (menangis, menyalahkan orang lain) tidak akan menyelesaikan semua masalahku. Aku berfikir dan terus berfikir. Mungkin inilah yang terbaik untukku. Allah ingin menjagaku terlebih dahulu sampai akhirnya nanti aku bertemu dengan Jodoh yantg terbaik yang Allah siapkan untukku. Ntah dia, ataupun yang lain. Dan sekarang yang harus aku lakukan adalah introspeksi diri, benahi diri agar bisa menjadi lebih baik. Insya Allah janji Allah itu pasti. jadi, kenapa harus takut???
DO'A, SABAR. IKLAS, TAWAKAL
vionis15
Miss Purple
Selasa, 14 Februari 2017
Rabu, 10 Februari 2016
BlueViolet
Biru...
Warna yang indah untuk dipandang
Biru itu damai, nyaman, sejuk, setia, tenang.
Biru itu laut...
Aku suka dengan pemandangan laut
Aku sangat suka dengan keindahan pantai.
Biru itu langit...
Apabila langit berwarna biru, begitu indah terlihat, begitu cantik menawan.
sedangkan Ungu.......Warna yang indah untuk dipandang
Biru itu damai, nyaman, sejuk, setia, tenang.
Biru itu laut...
Aku suka dengan pemandangan laut
Aku sangat suka dengan keindahan pantai.
Biru itu langit...
Apabila langit berwarna biru, begitu indah terlihat, begitu cantik menawan.
Mungkin kebanyakan orang berfikiran bahwa Ungu itu warna janda..
Itu semua salah.
Ungu itu merupakan perpaduan dua warna, yaitu warna Biru dan warna Merah.
Perpaduan dari dua warna itu memberi kesan Sejuk dan Eksotik.
Ungu...
Orang yang menyukai warna Ungu cenderung misterius, sensitif bahkan arogan.
Namun Ungu itu memancarkan kekuatan.
Sekalinya orang yang menyukai warna Ungu menyayangi seseorang, "Kasih Sayangnya" akan Kuat dan akan sangat marah apabila "Dihianati".
Seseorang yang menyukai warna Ungu membutuhkan seseorang yang "kuat mental" untuk menghadapinya dan bahkan untuk mendampinginya.
dan apabila ditinjau ulang dari atas, dapat disimpulkan Ungu membutuhkan Biru..
Sekian...
Minggu, 26 April 2015
Apa itu Pendidikan Karakter?
Karakter dihubungkan dan dipertukarkan dengan istilah etika, akhlak, atau nilai dan berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi positif, bukan netral.
Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga seseorang atau sekelompok orang.
Karakter lebih memberi penekanan pada definisi psikososial yang dihubungkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses perkembangan karakter pada seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor yang khas yang ada pada orang yang bersangkutan yang juga disebut faktor bawaan (nature) dan lingkungan (nurture) dimana orang yang bersangkutan tumbuh dan berkembang.
Jadi karakter seseorang dapat di pengaruhi oleh individunya sendiri ataupun oleh lingkungan sekitarnya.
Sedangkan Pendidikan menurut beberapa ahli dan UU sisdiknas adalah :
1.Pendidikan menurut UU sisdiknas
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
2. Pendidikan Menurut Carter V. Good
Pendidikan adalah proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan prilaku yang berlaku dalam masyarakatnya. Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan yang terpimpin (khususnya di sekolah) sehingga ia dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan kepribadiannya.
Ada enam pilar-pilar karakter pendidikan :
1. Trustworthiness (Kepercayaan)
2. Recpect (Respek)
3. Responsibility (Tanggungjawab)
4. Fairness (Keadilan)
5. Caring (Peduli)
6. Citizenship (Kewarganegaraan)
Minggu, 12 April 2015
Flowers Are Red
Ini kisah dari negeri antah berantah, yang tertuang dalam sebuah puisi berjudul "Flowers are Red".
Seorang anak laki-laki kecil masuk ke kelas pada hari pertama sekolahnya. Dia mendapati beberapa krayon dan mulai menggambar. Dengan antusias, ia memberi warna dengan semua warna yang ada, sebagaimana yang pernah dia lihat.
Datanglah ibu gurunya dan bertanya, "Apa yang sedang kau lakukan, Nak?"
Sang anak menjawab, "Saya sedang mewarnai bunga."
Ibu gurunya berkata lagi, "Sekarang bukan waktunya belajar seni, Nak. Warna bunga adalah adalah merah dan hijau. Lihatlah segala sesuatu sebagaimana orang lain melihatnya. Kau harus peduli pada orang lain, jangan hanya mengikuti pendapatmu sendiri. Flowers are red, young man. Green leaves are green. Bunga adalah merah, daun adalah hijau. Tidak perlu melihat bunga dengan cara yang lain!
Tapi anak kecil itu berkata, "Ada banyak warna pada pelangi. Ada banyak warna pada sinar matahari pagi. Banyak warna juga pada sebuah bunga. Saya melihatnya seperti itu."
Guru itu menyuruh sang anak berdiri di pojok ruangan. Dia berkata, "Ini yang terbaik untukmu. Dan kau tidak boleh kembali sebelum pendapatmu berubah."
Akhirnya, dia merasa kesepian. Rasa takut mulai memenuhi segenap hatinya. Kemudian, ia mendatangi gurunya. Dan inilah yang dia katakan, "Flowers are red. Green leaves are green. There's no need to see flowers any other way. Then the way they always have been seen!"
Waktu berlalu. Anak kecil itu pindah ke kota lain dan dia memasuki sekolah baru. Apa yang dia temukan di sekolah baru ini?
Gurunya senantiasa tersenyum dan berkata, "Mewarnai adalah hal yang sangat menyenangkan. Ada banyak warna pada sebuah bunga. Karena itu gunakanlah semua warna."
Akan tetapi apa yang anak laki-laki itu lakukan? Dari begitu banyak deretan warna yang ada pada kotak krayon itu, dia hanya mengambil krayon yang berwarna merah dan hijau. Ketika guru itu bertanya 'mengapa', inilah yang dia katakan, "Flowers are red. Green leaves are green. There's no need to see flowers any other way. Then the way they always have been seen!"
Dari cerita di atas dapat disimpulkan bahwa, sering kali anak di sekolah atau di rumah, di cetak hanya dengan sebuah cara pandang. Anak tak bisa bebas memilih. Dia hanya di sodori sebuah jalan untuk mendapatkan solusi dan hanya cara itulah yang dibenarkan. Padahal begitu banyak pilihan jalan yang bisa di ambil. Entah karena sang guru menganggap cara lain memang salah, atau mungkin dia merasa tidak di hargai karena kata-katanya tidak di dengar.
Hidup adalah seranngkaian proses memilih dan mengambil keputusan. Karena itulah memberikan keleluasan bagi anak untuk senantiasa memilih seini mungkin akan membuatnya terampil dalam mengambil pilihan terbaik dan siap dengan konsekuensi dari setiap pilihannya.
Kepercayaan anak kepda orang tua menjadi modal tumbuhnya mental yang sehat pada anak. Dan di sekolah guru merupakan pengganti orang tua.
Sumber : Bahagia Mendidik Mendidik Bahagia, Ida S. Widayanti
Seorang anak laki-laki kecil masuk ke kelas pada hari pertama sekolahnya. Dia mendapati beberapa krayon dan mulai menggambar. Dengan antusias, ia memberi warna dengan semua warna yang ada, sebagaimana yang pernah dia lihat.
Datanglah ibu gurunya dan bertanya, "Apa yang sedang kau lakukan, Nak?"
Sang anak menjawab, "Saya sedang mewarnai bunga."
Ibu gurunya berkata lagi, "Sekarang bukan waktunya belajar seni, Nak. Warna bunga adalah adalah merah dan hijau. Lihatlah segala sesuatu sebagaimana orang lain melihatnya. Kau harus peduli pada orang lain, jangan hanya mengikuti pendapatmu sendiri. Flowers are red, young man. Green leaves are green. Bunga adalah merah, daun adalah hijau. Tidak perlu melihat bunga dengan cara yang lain!
Tapi anak kecil itu berkata, "Ada banyak warna pada pelangi. Ada banyak warna pada sinar matahari pagi. Banyak warna juga pada sebuah bunga. Saya melihatnya seperti itu."
Guru itu menyuruh sang anak berdiri di pojok ruangan. Dia berkata, "Ini yang terbaik untukmu. Dan kau tidak boleh kembali sebelum pendapatmu berubah."
Akhirnya, dia merasa kesepian. Rasa takut mulai memenuhi segenap hatinya. Kemudian, ia mendatangi gurunya. Dan inilah yang dia katakan, "Flowers are red. Green leaves are green. There's no need to see flowers any other way. Then the way they always have been seen!"
Waktu berlalu. Anak kecil itu pindah ke kota lain dan dia memasuki sekolah baru. Apa yang dia temukan di sekolah baru ini?
Gurunya senantiasa tersenyum dan berkata, "Mewarnai adalah hal yang sangat menyenangkan. Ada banyak warna pada sebuah bunga. Karena itu gunakanlah semua warna."
Akan tetapi apa yang anak laki-laki itu lakukan? Dari begitu banyak deretan warna yang ada pada kotak krayon itu, dia hanya mengambil krayon yang berwarna merah dan hijau. Ketika guru itu bertanya 'mengapa', inilah yang dia katakan, "Flowers are red. Green leaves are green. There's no need to see flowers any other way. Then the way they always have been seen!"
Dari cerita di atas dapat disimpulkan bahwa, sering kali anak di sekolah atau di rumah, di cetak hanya dengan sebuah cara pandang. Anak tak bisa bebas memilih. Dia hanya di sodori sebuah jalan untuk mendapatkan solusi dan hanya cara itulah yang dibenarkan. Padahal begitu banyak pilihan jalan yang bisa di ambil. Entah karena sang guru menganggap cara lain memang salah, atau mungkin dia merasa tidak di hargai karena kata-katanya tidak di dengar.
Hidup adalah seranngkaian proses memilih dan mengambil keputusan. Karena itulah memberikan keleluasan bagi anak untuk senantiasa memilih seini mungkin akan membuatnya terampil dalam mengambil pilihan terbaik dan siap dengan konsekuensi dari setiap pilihannya.
Kepercayaan anak kepda orang tua menjadi modal tumbuhnya mental yang sehat pada anak. Dan di sekolah guru merupakan pengganti orang tua.
Sumber : Bahagia Mendidik Mendidik Bahagia, Ida S. Widayanti
Langganan:
Postingan (Atom)